Rabu, 19 April 2023
Urgensi perlunya Pembiayaan Inovatif dalam Kesetaraan Gender ini dikarenakan, sejak 2020, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan Indonesia tercatat sekitar 52%, dibandingkan dengan 85% untuk laki-laki, menciptakan kesenjangan gender sebanyak 30% antara laki-laki dan perempuan. Angka ini relatif stagnan selama 20 tahun terakhir. Perempuan juga relatif mendapatkan upah yang lebih rendah, serta menghadapi diskriminasi dan hambatan dalam mengakses pekerjaan dengan upah lebih tinggi dan keterampilan lebih tinggi.
Menurut data terbaru dari UNESCO, angka partisipasi murni untuk anak perempuan di pendidikan dasar adalah 94,5% pada tahun 2018, dan 95,3% untuk anak laki-laki. Wirausaha perempuan di Indonesia juga sering menghadapi kesulitan dalam mengakses keuangan dan modal untuk memulai atau mengembangkan usaha mereka. Menurut Bank Dunia, UMKM yang dipimpin perempuan di Indonesia menghadapi kesenjangan pendanaan sebesar $5,2 miliar, yang membatasi potensi pertumbuhan dan pemberdayaan ekonomi mereka.
Padahal, perempuan memainkan peran penting dalam perekonomian negara. Menurut studi McKinsey Global, Indonesia akan meningkatkan PDB sebesar US$135 miliar per tahun pada tahun 2025 jika dapat meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan sebesar 3%.1 Kebutuhan pengarusutamaan gender dalam strategi pemberdayaan negara harus ditujukan untuk memperkuat perempuan guna meningkatkan kemampuan dan kesempatan dalam mengembangkan bisnis mereka.
Panel diskusi dalam seminar ini memberikan dampak postif atas praktik baik pemberdayaan perempuan, khususnya dari perspektif pembiyaan inovatif. Salah satu contoh praktik baik dari pemberdayaan perempuan, khususnya dari perspektif pembiyaan inovatif adalah kisah bu Kurniati and Ibu Mukhlisun. Mereka adalah penerima manfaat program pendanaan kewirausahaan perempuan, dari Program Zakat. Ibu Kurniati di Cirebon berhasil memproduksi jajanan lokal yang disebut rengginang. Produk tersebut adalah produksi rumahan. Bantuan tunai tersebut membantu meningkatkan kapasitas produksi usaha untuk membeli bahan baku yang terdiri dari beras ketan, terasi, bawang putih, dan bumbu lainnya, sedangkan bantuan Relawan Inspirasi khususnya dari segi teknologi membantu pemasaran produk kudapan secara daring. Sebelum mengikuti program, pemasaran dilakukan langsung ke konsumen dan ditawarkan ke toko- toko di pasar. Namun, setelah mendapat pendampingan, promosi produk mampu melalui media sosial untuk memperluas pemasaran dan meningkatkan keuntungan.
Sementara itu, Ibu Muhlisun, penerima manfaat Program Zakat untuk Kewirausahaan Perempuan dari wilayah Malang, mengatakan bantuan tersebut sangat bermanfaat. Dia menggunakan bantuan tunai untuk membeli kotak pendingin untuk meningkatkan kualitas produk utamanya: tahu walik, bakso, es batu, dan es loli. Dengan kualitas produk yang terjaga dengan kotak pendingin, Ibu Muhlisun dapat meningkatkan kapasitas produksinya.
Sumber: Financing Lab United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia dan Laporan Final Zakat untuk Perlindungan Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Tahun 2021